TBC merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia karena merupakan penyakit kedua mematikan di dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi.
Hasil evaluasi yang dilakukan Joint External Tuberculosis Monitoring Mission (JEMM) menyebutkan, setiap tahun sekitar 300.000 orang terdiagnosis TBC dengan angka kematian mencapai 61.000 orang. Sedangkan berdasarkan data Kementerian Kesehatan, seperti diungkapkan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama, angka kematian akibat TB tahun 2001 tercatat 140.000 orang.
Penyebab Infeksi TBC
TBC diakibatkan oleh infeksi kuman mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini.
TBC sangat mudah menular, yaitu lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk atau bersin dan dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC akan "tertidur". Namun, pada mereka yang mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih mudah terinfeksi TBC (menjadi 'TBC aktif') atau dapat juga mengakibatkan kuman TBC yang "tertidur" di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).
Infeksi TBC sering kali muncul tanpa gejala apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain, dan kuman TBC terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah cukup parah.
Gejala Penyakit TBC
Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam yang berlangsung lama, tapi tidak terlalu tinggi. Biasanya dirasakan pada malam hari dan disertai keringat. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza yang bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.
Agar bisa mengantisipasi berikut gejala-gejalanya:
• Dahak bercampur darah/batuk darah
• Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
• Demam/meriang lebih dari sebulan
• Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
• Badan lemah dan lesu
• Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
• Urine berubah warna menjadi kemerahan atau keruh. Ini merupakan gejala yang muncul pada tahap selanjutnya
Para tenaga ahli klinis tuberculosis mengatakan cara mudah mengetahui seseorang terkena TBC adalah jika dia berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas, walaupun tidak bisa langsung ditetapkan TBC karena harus didiagnosis, tapi itu salah satu pertanda. Menurutnya untuk memastikan, tim medis melakukan diagnosis dengan mengadakan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung dan gambaran radiologis atau foto rotgen.
Pengobatan Penyakit TBC
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terutama di daerah paru dan dada. Lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberculin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6 sampai 9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat. Diperlukan ketekunan dan kedisiplinan pasien untuk meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya setelah 2 sampai 3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter.
Jika pengobatan tidak tuntas, sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC menjadi tidak mempan pada kuman TBC (resisten). Akibatnya harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras".
Pengobatan jangka panjang akan menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan dan atau pendengaran terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki atau tangan, lemas, sampai mata dan kulit kuning.
Itu sebabnya pada setiap kali kontrol, penting untuk menyampaikan kepada dokter apa efek samping yang timbul, sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis, mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.
Baca juga :
0 comments:
Post a Comment