Tidak dapat dipungkiri, bahwa olahraga merupakan cara terbaik untuk mendapatkan tubuh sehat. Hal itu berlaku pada semua orang, tidak terkecuali para penderita penyakit paru atau paru kronis. Walaupun orang yang menderita penyakit paru kronis kebanyakan bertubuh kurus dan lemah karena fungsi paru-parunya sudah tidak lagi maksimal, olahraga tetap diperlukan sebagai penunjang pengobatan.
Ada perawatan penderita penyakit paru yang seharusnya dilakukan secara komprehensif sehingga dapat menurunkan angka mortalitas, dan dapat menangani penderita sesuai dengan derajat fungsionalnya, sehingga penderita dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan tidak menimbulkan rasa rendah diri. Dalam rangka perawatan inilah peranan olahraga bagi penderita penyakit paru atau paru kronis sangat penting artinya.
Olahraga yang tepat dan teratur akan meningkatkan kerja otot, sehingga otot akan menjadi lebih kuat termasuk otot pernapasan. Dengan olahraga, terjadi peningkatan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik yang optimal bagi penderita dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, karena pada saat olahraga terjadi kerja sama berbagai otot tubuh yang ditandai oleh perubahan kekuatan otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan, koordinasi gerakan, dan daya tahan sistem kardiorespirasi (kesanggupan sistem jantung, paru, dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal).
Kesegaran jasmani dalam hal ini adalah kesanggupan tubuh melakukan penyesuaian terhadap beban fisik yang diberikan kepadanya. Kerja fisik tersebut bisa berupa pekerjaan yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Sebaliknya olahraga yang tidak terprogram dengan baik akan menimbulkan masalah bagi si penderita, bahkan dapat timbul komplikasi yang fatal.
Olahraga atau paling tidak melakukan latihan jasmani pada penderita penyakit paru ditujukan untuk meningkatkan otot pernapasan bagi penderita yang mengalami kelelahan pada otot pernapasannya, sehingga tidak dapat menghasilkan tekanan inspirasi yang cukup untuk melakukan ventilasi maksimum yang dibutuhkan.
Bentuk olahraga di rumah dapat berupa latihan dinamik dan menggunakan otot secara ritmis, misalnya berjalan, jogging, atau bersepeda. Program olahraga setiap harinya dilakukan 15-30 menit, selama 4-7 hari setiap minggu. Jenis olahraga diubah setiap hari. Ada baiknya mencatat pemeriksaan denyut nadi dan lama latihan, terlebih jika ada keluhan subjektif sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter. Pernyataan keberhasilan olahraga oleh penderita lebih penting daripada hasil pemeriksaan subyektif atau obyektif.
Dengan melakukan program olahraga yang baik, maka hasil akhir yang seharusnya dapat dicapai adalah kemampuan penderita untuk melakukan olahraga yang maksimal, mengurangi pemberian obat-obatan, memperbaiki emosi, bekerja secara optimal, dan memperbaiki sosial ekonomi.
Kemampuan tersebut diatas dapat dibuktikan dengan meningkatnya toleransi terhadap olahraga, berkurangnya kekambuhan, menurunnya depresi atau kecemasan, perbaikan fungsi paru, dan menurunnya risiko kematian 'sebelum waktunya'.
Berjemur Sembuhkan Penyakit Tuberculosis
Selain berolahraga, rupanya sinar matahari juga tidak kalah pentingnya bagi penderita penyakit paru atau paru kronis. Sinar matahari juga memiliki peran dalam proses penyembuhan penyakit Tuberculosis atau TBC.
Para ilmuwan dari Inggris melakukan penelitian mengenai hal tersebut dan menemukan bahwa pemberian vitamin D yang tinggi, dibuat oleh tubuh saat kita terpapar sinar matahari. Jika hal ini dilakukan bersama dengan mengkonsumsi antibiotik, maka akan membantu pasien penyakit paru dapat sembuh lebih cepat.
Kadar vitamin D yang tinggi akan mengurangi respon peradangan tubuh terhadap infeksi sehingga efek kerusakan pada paru pun ikut berkurang.
Penelitian juga menunjukkan, jika vitamin D punya kemampuan untuk mengurangi respon peradangan tanpa mengganggu kerja antibiotik. Maka akan sangat membantu proses kesembuhan pasien yang mendapat terapi antibiotik seperti radang paru, sepsis, dan penyakit paru lainnya.
Riset juga menemukan, Mycobacterium Tuberkulosis, bakteri penyebab TBC, yang berasal dari dahak pasien lebih cepat bersih jika pasien mendapatkan cukup vitamin D.
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan bisa membantu para ilmuwan untuk menemukan terapi baru yang lebih efektif dalam mengatasi TBC, mengingat saat ini kasus bakteri yang kebal obat semakin banyak.
0 comments:
Post a Comment